skip to main | skip to menu

Kamis, 13 Januari 2011

By Pass to G-Spot


Ketika pertama aku mencium pantat ibu kota, hanya satu yang terasa berbeda dari tubuh molek ibu kota. Dialah by pass, sebuah jalan terdekat menuju g-spot. Pantas saja banyak pengguna jalan yg ga sabar untuk menemukan g-spot sang ibu memilih menggunakan jalur by pass ini meski jalur tersebut jelas-jelas tidak diperuntukkan pada mereka. Dengan penyalahgunaan ini tentu saja bukan tanpa resiko, resiko yang jelas akan mereka hadapi adalah polantas atau bahkan lebih buruk lagi yaitu Izro'il (malaikat pencabut nyawa). Namun seakan lebih hebat dari keduanya, sang pencinta g-spot -pun masih berduyun-duyun memperebutkan by pass sang ibu. Cerdas, karena memang mereka bisa menghemat waktu, namun BODOH, karena penghematan waktu yang amat beresiko.
Seperti inilah yang dihadapi dunia komukasi belakangan. Klien menggunakan by pass untuk menghemat biaya mereka, melompati portal agency untuk mendapat keuntungan. Akibatnya banyak iklan tak beretika berkeliaran di tubuh molek pertiwi. Kesadaran akan pentingnya brand makin menipis disini, klien menganggap bahwasannya iklan hanya berfungsi untuk mengexposure audiens sehingga merek akan dikenal. Lantas apakah ini bisa disebut sebagai perkembangan kemampuan klien di tubuh pertiwi?? sayangnya ini adalah sebuah kemunduran, kemunduran yang sangat pesat. Disisi peliknya jalur komunikasi yang ada iklan tak lagi hanya berfungsi untuk memperkuat exposure pada audiens, namun disini fungsi enggagement adalah yang terpenting. Media bukan lagi sumber informasi akan tetapi audiens itu sendirilah yang menjadi sumber informasi mengingat AIDDA(Attention Interest Desire Decicion and Action) telah berubah menjadi AISAS(Attention Interest Search And Share) dimana konsumen tak lagi hanya berhenti pada Action akan tetapi akan melakukan Search and Share sebelum maupun setelah Action. Dan hal ini tentu saja tidak dapat ditempuh melalui by pass, perlu perencanaan dan riset yang matang untuk mencapai g-spot tersebut.
Oh ibu kota, maafkan putra pertiwimu yang durhaka ini. Semoga Bunda memakluminya.

1 komentar:

Om Prabu mengatakan...

jangkrik,wes lunga ta su!!!!aku neng jogja bingung ki meh ngapa.....semprulane lan sontoloyo....

Posting Komentar

Laen Waktu

Baru terfikir oleh saya bahwasannya mungkin lebih baik jika saya menceritakan kenapa blog ini saya sebut laenwaktu. Berkali-kali kita terjatuh lantas bangun lagi untuk merasakan luka dan kemenangan, seperti luka blog ini akan mencatat sejarah bagaimana saya terjatuh dan bagaimana saya akan merasakan kemenangan setelah rasa sakit akibat luka saya. Karena apa yang kita lakukan sekarang adalah untuk laen waktu.
Saya adalah seorang desainer grafis conseptual. Silahkan kunjungi portfolio saya di portokentjoer.blogspot.com

Quotes

"aku hampir mati saat mempelajarinya, bagaimana mungkin semudah itu kamu bilang aku berbakat??"
Sanosuke Sagara